JAKARTA, WARTAPEMERIKSA – Hampir tiga dekade Auditor Utama Keuangan Negara IV BPK Syamsudin berkiprah di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Berbagai pengalaman pemeriksaan telah dirasakan mulai dari masih menggunakan mesin ketik hingga kini mulai memanfaatkan teknologi big data. Kepada Warta Pemeriksa, Syamsudin turut mengisahkan pengalamannya ketika mengungkap temuan rekening liar pemerintah pada masa awal pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Temuan itu kemudian memberikan dampak penertiban rekening pemerintah sampai saat ini. Berikut petikan wawancaranya.
Dapatkah Bapak menceritakan pengalaman menarik selama bekerja di BPK?
Pengalaman yang menarik di BPK itu banyak. Dari sisi jenis pemeriksaan, saya merasakan perubahan yang cukup signifikan dari sebelum terbitnya paket undang-undang tentang keuangan negara. Sebelum ada tiga undang-undang itu, pemeriksaan BPK itu-itu saja. Hampir semua pemeriksaannya seperti pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) saat ini. Pemeriksaannya berupa penghitungan anggaran, inventarisasi kekayaan milik negara, kemudian PDTT untuk belanja dan pendapatan.
Kalau sekarang, hampir semua bisa diperiksa dengan pengelompokan sesuai tujuannya. Misalnya, tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kinerja maka dilakukan pemeriksaan kinerja. Kalau ingin memberikan opini maka di lakukan pemeriksaan laporan keuangan. Kalau tujuannya untuk mengungkap sesuatu maka dilakukan PDTT. Hal itu menurut saya perubahan yang cukup berbeda sehingga peranan BPK semakin maksimal.
Kemudian, dari sisi teknologi pemeriksaan, pada zaman saya awal masuk BPK itu masih memakai mesin ketik. Kalau kita bertugas ke suatu daerah harus ada yang membawa mesin ketik. Selain itu, kalau ada review atau koreksi dari ketua tim atau kepala subauditorat (kasubaud) yang melakukan supervisi, maka harus diketik lagi dari awal.
Bisa dibayangkan betapa susahnya pemeriksaan zaman dulu. Begitu mulai ada software, seperti Microsoft Word, itu sangat terasa membantu. Mungkin pemeriksaan saat ini tidak merasakan betapa berharganya penggunaan aplikasi atau software itu. Kemajuan itu sangat menarik karena BPK bisa mengikuti perkembangan teknologi dan dimanfaatkan untuk mendukung pemeriksaan.
Selain itu, salah satu pengalaman tugas yang tidak terlupakan saat mendapatkan penugasan ke Aceh ketika ada konflik terkait Pilkada pada 2012. Ketika itu, saya adalah salah satu kasubaud yang ditugaskan oleh kepala perwakilan untuk memonitor masalah keamanan pegawai. Sehingga, ketika kepala perwakilan bertugas ke Jakarta saya kadang-kadang menjadi pelaksana harian (Plh).
Saat itulah muncul informasi yang membuat pegawai agak resah dan takut karena ada risiko konflik di daerah itu. Itu hal tak terlupakan dan saya ikut tegang. Saya sampaikan saat itu, bagaimana langkah yang harus kita ambil? Arahan pimpinan yakni pegawai harus selamat. Kemudian, usai rapat dengan kasubaud lainnya, kita sepakati bahwa kalau ada tim yang berada di daerah merah atau kerawanannya tinggi maka akan ditarik kembali ke Banda Aceh.
Kami juga merancang skenario penyelamatan apabila terjadi chaos. Kami berkomunikasi dengan Polri dan TNI untuk menjaga keamanan kantor, rumah dinas, dan pegawai harus dikonsentrasikan di mana supaya aman. Beberapa pegawai yang membawa keluarga ke Aceh pun ada yang memutuskan mengembalikan keluarganya ke kampung halaman masing-masing.
Istri saya juga berada di Aceh saat itu. Tapi kami mencoba bertahan dengan terus berkoordinasi bersama aparat keamanan dan pemerintah daerah. Sempat tegang juga ketika anak saya jatuh sakit tapi kami dilarang untuk keluar malam. Bagaimana ini? Kemudian kami mencoba untuk ke dokter dan alhamdulillah tetap aman.
Bapak pernah berhasil mengungkapkan temuan terkait rekening pemerintah lainnya di Bank Indonesia dan bank umum yang belum dilaporkan dalam neraca LKPP. Bagaimana kisahnya?
Itu adalah masa awal penugasan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP). Saat itu, awal terbitnya paket undang-undang keuangan negara. Kemudian, saya ditugaskan menjadi ketua subtim kas dan rekening bank.
Waktu itu ada hal yang cukup menarik karena begitu kami konfirmasi ternyata banyak sekali rekening yang tidak dilaporkan. Ketika kami mencoba mengungkap, Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kemenkeu sempat mempertanyakan juga apakah nantinya ini tidak mengganggu rahasia perbankan.
Akan tetapi, kami memiliki pandangan, kalau ini dibiarkan rekening-rekening itu tidak akan terlaporkan. Logika saya, kalau ini adalah uang negara yang mungkin masuk ke dalam dana taktis, itu tetap uang negara. Karena itu uang negara maka menteri keuangan adalah pemiliknya.
Dengan argumentasi itu, akhirnya Kemenkeu bisa memahami dan akhirnya dikirimkan surat konfirmasi ke beberapa bank. Tindak lanjut dari temuan itu adalah Kemenkeu kemudian melakukan penertiban rekening. Dampaknya, sampai sekarang semua rekening pemerintah yang dibuka harus mendapatkan izin Kemenkeu sehingga lebih tertib.
Bagaimana Anda melihat BPK saat ini?
Saya melihat transformasi BPK yang sangat nyata terutama jika dibandingkan dengan BPK sebelum adanya paket undang-undang keuangan negara. Hal itu dari mulai kewenangannya, kemudian struktur penugasannya, kompetensi SDM, sarana dan prasarana juga sangat berbeda.
BPK saat ini tidak hanya memeriksa APBN, BUMN, APBD, atau BUMD tapi juga melakukan pemeriksaan di lembaga internasional. Itu membanggakan sekali. Artinya, BPK bisa berperan. Apabila selama ini kita hanya direviu negara lain kita ternyata bisa juga melakukan pemeriksaan ke lembaga internasional. Banyak juga kawan-kawan kita yang memberikan pelatihan atau diutus ke SAI negara lain untuk melakukan transfer ilmu. Jadi menurut saya memang sudah sangat maju.
Menurut Anda, apa arti menjadi bagian BPK?
BPK adalah salah satu lembaga negara dengan mandat yang jelas dari konstitusi. Kewenangan BPK pun sangat luas. Oleh karena itu, kesempatan besar untuk berkarya atau berkontribusi melalui BPK. Dalam agama Islam ada istilah amar ma’ruf nahi munkar. Jadi, BPK dapat mencegah penyimpangan pengelolaan keuangan negara dan menganjurkan supaya pengelolaan keuangan negara itu tepat sasaran. Saya berpikir apabila kita berperan di BPK maka bukan hanya mengabdi kepada institusi tapi sekaligus beribadah. Artinya, ketika kita bertemu entitas, kita bisa mengajak mereka untuk tidak menyimpang.
Bagaimana dukungan pimpinan maupun rekan kerja dalam menjalankan pengabdian tersebut?
Memang kita tidak bisa bekerja sendirian. Kita bekerja harus dengan teamwork. Kami juga sangat membutuhkan dukungan pimpinan dan itu telah diberikan. Ketika kami akan melaksanakan tugas mencegah penyimpangan atau mendorong perbaikan itu sangat didukung oleh pimpinan.
Pimpinan memberikan arahan yang jelas. Tolong ini diperiksa dan kalau ada penyimpangan segera dilaporkan jalan keluarnya apa, solusinya apa. Hubungan dengan rekan kerja hingga level pemeriksa maupun dukungan sekretariat juga sangat kondusif. Kami pun bisa mencapai arahan pimpinan sesuai tujuan penugasan.
Bagaimana Bapak melihat BPK dalam beberapa tahun ke depan? Apa harapan Bapak untuk BPK?
Kewenangan BPK sangat besar sehingga kita harus bisa berperan untuk mengawal tujuan bernegara ini. Saat ini yang mungkin nampak adalah mengenai penggunaan teknologi. Kalau dulu penggunaan teknologi mungkin hanya untuk menangkap data yang akan diperiksa. Kalau sekarang, sudah mulai terasa penggunaan teknologi itu bukan hanya untuk menangkap data primer tapi juga data sekunder.
Kita pun bisa membandingkan data yang ada. Misalnya, data penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dilaporkan suatu kementerian/lembaga (K/L) berjumlah sekian. Sementara, ada pula data tersebut di K/L lain. Nah ini sudah mulai dimanfaatkan untuk membandingkan data yang dilaporkan suatu institusi.
Saya kira ke depannya pemanfaatan data dan informasi yang ada itu akan sangat berguna dan mungkin akan lebih besar lagi. Kalau BPK sudah memiliki big data analytic (BDA) itu pasti akan sangat membantu dalam merancang fokus pemeriksaan.
Di samping itu, cakupan pemeriksaan juga bisa lebih luas. Ke depannya, pemanfaatan data elektronik itu akan lebih besar dan BPK juga perlu melakukan investasi yang besar. Ini supaya cakupan pemeriksaan semakin luas dan fokus sasarannya terarah di risiko-risiko penyimpangan.
Apa pesan Bapak untuk para pegawai BPK?
Saya kira teman-teman di BPK sudah punya semangat untuk membangun BPK. Mungkin saya ingin menyampaikan kepada adik-adik yang relatif baru masuk ke BPK, kita harus tekun melaksanakan tugas dan tanggung jawab karena tugas ini sangat mulia.
Jadi kita tidak hanya bekerja untuk mencari penghasilan tapi kita juga bisa memberikan kontribusi dan sekaligus beribadah. Seperti saya katakan tadi, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Bagi para pegawai BPK ini perlu dicamkan bahwa tugas kita sangat mulia jadi kita tidak hanya sekadar mencari penghasilan tapi juga melaksanakan tugas ibadah. Sehingga, semangat kita harus kuat.
Kalau soal penghasilan saya kira BPK sudah sangat bagus. Ketika saya awal berkarier di BPK, penghasilan masih terbatas sehingga saya harus mencari tambahan penghasilan. Selain kerja di BPK, saya mengajar les privat untuk menambah penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidup.
Jadi, kepada kawan-kawan yang baru masuk saya kira tugas di BPK itu sangat mulia. Carilah kepuasan bekerja dengan berkontribusi kepada BPK.