WARTA PEMERIKSA– Kecerdasan Buatan (AI) tengah menjadi perbincangan hangat di berbagai sektor, termasuk dalam lembaga pemeriksa negara (Supreme Audit Institution atau SAI). Dengan semakin kompleksnya pengelolaan keuangan negara, SAI menghadapi tantangan besar untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi. Dalam konteks ini, integrasi AI dianggap sebagai solusi yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi proses audit.
Senior Auditor (Pemeriksa Senior) Accountability State Authority Mesir, Kareem Ismail Azizeldeen dalam webinar IDI bertema “Bagaimana AI Bertransformasi dalam Praktik Pemeriksaan” menjelaskan, Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) adalah teknologi yang berfokus pada pengembangan sistem yang mampu melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti analisis data, pemrosesan, hingga pengambilan keputusan.
AI telah berkembang pesat sejak awal kemunculannya pada tahun 1950-an.
“Awalnya, AI hanya mampu menjalankan sistem berbasis aturan sederhana. Kini, AI telah mencapai tingkat kecanggihan yang memungkinkan pembelajaran mesin (machine learning) dan jaringan saraf tiruan (neural networks),” tutur Kareem.
Evolusi AI ini membuka peluang besar bagi SAI untuk memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan kualitas audit. Hal itu karena sistem AI modern dapat menganalisis data dalam jumlah besar, mengidentifikasi fraud, dan bahkan memprediksi risiko di masa depan.
“Hal ini memberikan kemampuan bagi auditor untuk fokus pada area yang benar-benar membutuhkan perhatian, sehingga meningkatkan efisiensi kerja,” tutur Kareem.
Integrasi AI dalam kegiatan audit menawarkan berbagai manfaat yang signifikan. Berikut adalah beberapa pengaplikasian AI dalam audit SAI:
- Analisis Data: AI dapat menganalisis data dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi, mengidentifikasi pola, dan menemukan anomali yang mungkin terlewatkan oleh auditor manusia.
- Penilaian Risiko: Teknologi ini mampu mengevaluasi risiko berdasarkan data historis dan tren saat ini, sehingga membantu auditor memprioritaskan area audit.
- Deteksi Kecurangan: AI dapat digunakan untuk mendeteksi transaksi keuangan yang mencurigakan dengan membandingkan pola transaksi dengan data historis.
- Analisis Prediktif: Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin, AI dapat memprediksi potensi masalah di masa depan berdasarkan data yang ada.
- Pemantauan Kepatuhan: AI dapat memeriksa apakah suatu organisasi mematuhi peraturan dan kebijakan yang berlaku secara otomatis dan berkelanjutan.
- Black Box: Meskipun menawarkan banyak manfaat, integrasi AI dalam audit tidak terlepas dari tantangan. Salah satu kendala utama adalah kebutuhan akan data berkualitas tinggi. AI membutuhkan data dalam jumlah besar untuk dapat berfungsi dengan optimal. Namun, data yang tersedia sering kali tidak terstruktur atau tidak lengkap. Selain itu, transparansi algoritma juga menjadi perhatian. Banyak sistem AI yang dianggap sebagai “black box” karena proses pengambilan keputusannya sulit dijelaskan. Hal ini dapat menimbulkan masalah dalam hal akuntabilitas.
Biaya implementasi juga merupakan kendala signifikan. SAI harus menginvestasikan sumber daya besar untuk mengadopsi AI, mulai dari pelatihan staf hingga pengembangan infrastruktur teknologi. Untuk memastikan penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab, SAI perlu mengambil langkah-langkah berikut:
- Keadilan: Menghindari bias dalam data yang dapat memengaruhi hasil analisis.
- Transparansi: Memastikan bahwa proses pengambilan keputusan oleh AI dapat dijelaskan dengan jelas.
- Akuntabilitas: Menentukan pihak yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan dalam hasil audit yang didukung AI.
- Keamanan: Melindungi data sensitif dari risiko kebocoran atau serangan siber.