Kisah Dubes Fientje Hadapi Stereotip Perempuan Papua

by Admin 1
Fientje Maritje Suebu (Sumber: Kemlu.go.id)

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA – Fientje Maritje Suebu adalah duta besar perempuan pertama asal Papua yang bertugas untuk negara sahabat. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru merangkap Kepulauan Cook, Niue, Samoa, dan Kerajaan Tonga itu memiliki kisah perjuangan untuk bisa mencapai posisi kariernya saat ini.

Dengan latar belakang anak ketua adat di Papua dan perempuan, Fientje berupaya mendobrak berbagai tantangan dengan mengedepankan kerja keras. Kepada Warta Pemeriksa, Fientje juga membagikan beberapa pesan kepada para perempuan untuk bisa terus maju ke depan. Berikut petikan wawancaranya.

“Pesan saya kepada para perempuan, giatlah belajar, gapailah cita-cita, ukir prestasi, dan tetap jaga semangat juang yang tinggi untuk meraihnya. Yang membatasi dirimu hanyalah dirimu, bukan orang lain.”

Bagaimana perjalanan karier Ibu hingga akhirnya menjadi duta besar RI untuk Selandia Baru?

Perjalanan karier saya sebagai PNS diplomat itu diawali ketika bergabung dengan Kementerian Luar Negeri pada 1986. Saat itu, namanya masih Departemen Luar Negeri. Selama kurang lebih 36 tahun menjalankan tugas sebagai PNS diplomat, selain bertugas di sejumlah unit di Kementerian Luar Negeri, saya juga berkesempatan ditugaskan di beberapa negara, antara lain di Zimbabwe, Belgia, India, Kanada, dan kini di Selandia Baru.

Penempatan saya sebelum di Selandia Baru adalah di KBRI New Delhi, India. Saya ditugaskan di sana untuk kedua kali pada 2018 dan dipercayakan menjadi wakil duta besar RI untuk India. Kemudian, pada 12 Januari 2022, saya dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru merangkap Kepulauan Cook, Niue, Samoa, dan Kerajaan Tonga.

Ibu adalah perempuan pertama asal Papua yang menjadi duta besar Indonesia untuk negara sahabat. Bagaimana Ibu memandang prestasi tersebut?

Tentunya atas penunjukkan ini saya merasa bahagia dan bersyukur. Saya juga bangga bahwa bisa mencapai posisi ini, sebuah posisi yang menjadi impian bagi banyak diplomat. Mencapai posisi puncak dalam karier diplomat ini merupakan suatu kehormatan untuk saya.

Dengan latar belakang berasal dari Papua dan seorang perempuan, bagaimana Ibu menghadapi tantangan tersebut hingga mencapai posisi karier saat ini?

Yang jelas, tantangan dan kendala itu adalah stereotip atau pandangan umum terhadap orang asli Papua. Itu tantangan pertama. Kemudian, yang kedua adalah waktu untuk bersama dengan keluarga. Karena sebagai diplomat itu kerjanya hampir 24 jam. Tentu itu tantangan untuk kami juga.

Untuk menghadapinya, kita harus menunjukkan bahwa seseorang itu tidak dinilai berdasarkan penampilan luarnya saja atau berdasarkan kondisi sosial ekonomi daerah asalnya. Saya selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik, bekerja sesuai aturan, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin.

Terkait waktu bersama keluarga, saya mencoba menyeimbangkan dengan meluangkan waktu cuti untuk jalan-jalan bersama keluarga. Dalam penempatan saya di Belgia dan Kanada, kami menyempatkan untuk roadtrip ke beberapa negara tetangga. Kami juga berupaya pada akhir pekan untuk bisa berkumpul bersama keluarga atau di hari libur lainnya.

Siapa tokoh atau orang yang berperan dalam keberhasilan Ibu saat ini?

Pihak yang sangat berperan mendukung saya adalah keluarga, secara khusus yaitu orang tua saya. Walaupun saya dibesarkan dalam keluarga Ondoafi (ketua adat), saya adalah anak Ondoafi, itu sangat kuat dengan adat istiadat dan budaya patriarki. Akan tetapi, bapak saya memandang bahwa pendidikan sangat penting bagi masyarakat. Beliau juga sangat mendorong masyarakat dan kami anak-anaknya untuk terus belajar menimba ilmu.

Beliau menanamkan kerja keras sejak dini. Saya rasa ini menjadi dorongan untuk terus bekerja dan berusaha sebaik mungkin. Setelah saya berkeluarga, dukungan suami dan anak-anak juga memberi semangat baru untuk saya.

Melihat kondisi perempuan Indonesia saat ini, apakah menurut Ibu semangat Kartini sudah terwujud dengan baik di Tanah Air kita?

Saya rasa semangat Kartini itu sudah cukup terasa di Indonesia. Semangat Kartini itu memberdayakan perempuan. Harapan bahwa perempuan bisa mendapatkan kesempatan yang setara dengan laki-laki dan saya rasa kondisi saat ini sudah cukup baik.

Tentu masih banyak pekerjaan rumah kita untuk memastikan bahwa semangat dan impian Kartini dapat terwujud. Mengenai persamaan pendidikan perempuan harus diperlakukan setara dan mendapatkan hak yang sama itu masih perlu terus diperjuangkan.

Apa masalah terbesar perempuan Indonesia yang dihadapi saat ini?

Seperti kita lihat, walaupun zaman sudah semakin modern, banyak perubahan, dan perempuan menduduki posisi-posisi strategis, namun tidak kita pungkiri dalam berbagai aspek kehidupan sosial masih banyak perempuan mengalami ketidakadilan gender. Perempuan sering tidak diuntungkan jika dibandingkan dengan laki-laki. Kalau menurut saya, solusinya yakni kita perlu berkomunikasi. Komunikasi dengan berbagai pihak dan seluruh komponen bangsa.

Apa harapan Ibu terhadap perempuan Indonesia pada masa yang akan datang?

Semoga perempuan Indonesia dapat terus maju, berkembang, berdaya, dan memberikan dampak positif bagi banyak orang. Berkaca dari Selandia Baru, di mana saya saat ini bertugas, negara ini banyak memberikan kesempatan luas kepada perempuan dan keluarga.

Kebijakan-kebijakan dikeluarkan dengan tetap mengetengahkan perlindungan terhadap perempuan. Karena sistem tersebut sudah berjalan baik di sini sehingga dapat kita lihat bahwa Selandia Baru cukup maju dalam kepemimpinan perempuannya. Perempuan berdaya dalam institusi negara seperti gubernur jenderal, perdana menteri, anggota parlemen, menteri-menteri, dan jabatan tinggi lainnya. Saya juga berharap perempuan Indonesia dapat terus percaya diri dan menjadi yang terbaik serta bangga dan tetap menjaga budaya Indonesia.

Apa pesan Ibu untuk perempuan-perempuan di Indonesia?

Pesan saya kepada para perempuan, giatlah belajar, gapailah cita-cita, ukir prestasi, dan tetap jaga semangat juang yang tinggi untuk meraihnya. Yang membatasi dirimu hanyalah dirimu, bukan orang lain. Tetap ingat untuk tetap baik dan rendah hati.

You may also like