BPK memiliki jumlah SDM yang banyak dan memegang tanggung jawab yang penting dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan keuangan negara. Diperlukan kesehatan mental yang baik agar pegawai BPK dapat bekerja secara maksimal. “Harapannya pelaksana BPK dalam melaksanakan tugasnya memiliki psychological well-being, sehingga bisa be active, be healthy, be happy”, tutur Sekretaris Jenderal BPK Bahtiar Arif dalam sambutan Seminar “Pentingnya Kesehatan Mental” di Auditorium BPK, Jakarta (11/10).
Salah satu fenomena di dunia kerja yang berpengaruh pada kesehatan mental adalah burn-out. Dr. dr. Kristiana Siste, Sp.KJ (K) dari Departemen Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran UI, RSCM menjelaskan langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi burn-out adalah identifikasi penyebab stres atau stresor terkait kerja yang dialami, istirahat sejenak dari pekerjaan, memahami dan fokus pada hal yang disukai dari pekerjaan, serta melatih teknik mindfulness dan reframing. Masalah dalam kesehatan mental tidak cepat tertangani karena faktor ketidaktahuan, ketidakmampuan, dan ketidakmauan.
Marshanda, influencer yang sering menyuarakan kesehatan mental, menyampaikan untuk mendapatkan jiwa yang lebih sehat dapat dilakukan melalui tahapan ADR, yaitu Admit, mengakui mempunyai masalah. Detoks yang dapat dilakukan melakukan healing, relaksasi, atau ke psikolog. Setelah melalui dua tahapan tersebut, diharapkan Reborn, lahir kembali menjadi orang yang lebih baik dan bijak dalam menghadapi masalah. BPK telah memiliki unit Employee Care Center (ECC) yang membantu dan melayani pegawai terkait permasalahan psikologis, pengembangan diri, dan pengenalan potensi diri.